George Eastman Film adalah salah satu ciptaan yang kepentingan sesungguhnya bagi kemanusiaan agak kabur dalam perjalanan. Keberadaan film cenderung dianggap sudah sewajarnya, hanya sesuatu yang ada. Kalau kita merenungkan secara dalam berbagai fungsinya (dengan bantuan kamera, tentu saja) cukup mengesankan. Film bekerja seperti itu karena menggunakan bahan kimia yang sensitif terhadap cahaya, bagian yang dapat dilihat mata dari rentan radiasi elektromagnetik lebar yang sebenarnya termasuk energi tidak terlihat dalam bentuk gelombang radio, gamma, dan sinar X, serta radiasi inframerah dan ultra violet. Pita gelombang elektromagnetik relatif sempit yang dapat dideteksi mata manusia disebut spektrum yang terlihat, yang kita kenal sebagai warna.
Mata manusia mengartikan gelombang terlihat paling panjang sebagai merah, dan yang paling pendek sebagai violet, dengan orange, kuning, hijau, dan biru diantaranya. Prisma dan pelangi menampilkan semua warna dari spektrum yang terlihat. Kepekaan terhadap cahaya dari senyawa perak tertentu, terutama perak nitrat dan perak klorida, diketahui pada tahun 1700-an. Di Inggris pada awal tahun 1800-an, Thomas Wedgwood dan Sir Humphry Davy mencoba menggunakan perak nitrat untuk memindahkan gambar yang dilukis ke atas kulit atau kertas. Mereka berhasil memproduksi bayangan, tetapi tidak permanen; permukaan menjadi hitam ketika terus disinari. Di Perancis Joseph-Nicephoree Niepce membuat foto pertama yang sukses pada tahun 1826 dengan menempatkan pelat pewter, campuran timah, dilapisi dengan bitumen, dibagian belakang dari sebuah “camera obscura”. Niepce kemudian menggunakan pelat tembaga dan perak klorida untuk menggantikan bitumen dan pewter. Pada ta hun 1839, setelah kematian Niepce, Louis-Jacques-Mande-daguerre mendemonstrasikan versi yang telah diperbaiki dari proses yang disebutnya “daguerreotype”.
Mulai tahun 1850, kaca menggantikan kertas sebagai penopang untuk negatif. Garam perak dicampurkan dalam “collodion”, cairan yang pekat. Negativ kaca menghasilkan gambar yang lebih tajam dari pada negatif kertas karena bagian-bagian rinciannya tidak hilang dalam tekstur kertas. Karena proses plat basah berarti pendukung kaca harus dilapisi beberapa saat sebelum gambar diambil dan segera dicuci sesudahnya, versi “dry-plate” (pelat kering) dari proses yang sama dicari. Pelat kering, potongan kaca yang dilapisi lebih dahulu dengan emulsi gelatin dan perak bromida, diciptakan pada tahun 1878. Setelah itu George Eastman dari amerika menciptakan sistem fleksibel: potongan panjang kertas menggantikan pelat kaca. Pada tahun 1889, Eastman menggunakan plastik yang disebut seluloid untuk menggantikan kertas; ini adalah film fotografi yang pertama. Eastman merintis jalan untuk semua film yang sekarang terbuat dari poliester dan asetat, plastik yang tidak demikian mudah terbakar seperti seluloid. Kecuai untuk beberapa percobaan yang terisolasi, film berwarna belum dipakai sampai abad ke-20. Autokrom, material yang sukses secara komersial digunakan untuk membuat foto berwarna, menjadi tersedia pada tahun 1907, berdasarkan pada proses yang diciptakan di Perancsi oleh pencipta Auguste dan Louis Lumiere, tetapi era foto berwarna baru benar-benar dimuali dengan kedatangan film berwarna Kodachrome pada tahun 1935 dan agfacolor pada tahun 1942. Film ini memungkinkan pemotret amatir dapat menggunakan proses berwarna negatif positif yanng sudah tersedia.
Film berwarna menggunakan senyawa kimia yang bervariasi dalam cara bereaksinya terhadap panjang gelombang yang berbeda dari cahaya yang terlihat. Film hitam putih awal menggunakan senyawa kimia yang sensitif terhadap panjang gelombang lebih pendek dari spektrum yang terlihat, cahaya utama ditangkap sebagai biru. Dari foto bunga berwarna dari zaman dahulu, yang berwarna biru tampak terang, sedangkan yang merah dan orange terlihat terlalu gelap. Untuk mengoreksi keadaan ini, senyawa khusus yang disebut dye sensitizer dicampurkan kedalam emulsi sehingga merekam warna sebagai warna abu-abu dengan berbagai nada. Dewasa ini dengan sedikit pengecualian, film sudah sensitif terhadap semua warna dari spektrum yang terlihat.
source : http://facebuka.com/siapakah-penemu-film
Tidak ada komentar:
Posting Komentar